Rasa sakit saat melahirkan merupakan kodrat wanita. Tapi jangan khawatir, rasa sakit itu kini sudah dapat “diakali”.
Para calon ibu kini dapat memilih proses melahirkan di dalam air
(water birth) yang dapat mengurangi, bahkan menurut sebagian ibu-
menghilangkan rasa sakit! Anak yang dilahirkan sehat, si ibu juga segar.
Di luar negeri seperti Rusia dan Australia, metode melahirkan di
air cukup lama dipraktikkan, sementara di Indonesia baru dikenal sekitar
setahun terakhir. Kendati metode melahirkan di air ini belum begitu
populer di Indonesia, namun sejumlah tempat di Jakarta seperti Sam Marie
Hospital dan sebuah klinik bersalin di Desa Ubud, Bali sudah
melaksanakan proses melahirkan di air ini.
Liz Adianti (33 tahun) adalah ibu Indonesia yang pertama kali
melakukannya, tepatnya pada Oktober 2006. Wanita yang bekerja sebagai
karyawati sebuah operator seluler ini mengaku ketertarikannya dengan
metode melahirkan ini. Diawali dari kekhawatirannya akan rasa sakit saat
melahirkan normal, ia lantas mencari informasi hal apa yang dapat
mengurangi rasa sakit tersebut.
“Sebenarnya saya sudah ingin melakukannya sejak kehamilan anak
pertama, peralatannya pun sudah dibeli dan disiapkan bersama suami, tapi
karena di Indonesia belum populer kami pun sulit mendapat perizinan
medis dari rumah sakit. Akhirnya, saya baru bisa mewujudkannya saat
kelahiran anak kedua,” ungkap Liz.
Dia menambahkan, berkurangnya rasa sakit kemungkinan disebabkan
ibu berendam dalam air hangat yang membuat rileks dan nyaman, sehingga
rasa sakit dan stres pun berkurang. Hal itu dibenarkan dr T Otamar
Samsudin SpOG (Spesialis Obstetri dan Ginekologi). Menurut dia,
mengurangi rasa sakit adalah tujuan utamanya, sedangkan secara teknis
melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan normal.
Proses Melahirkan
Proses dan melahirkan dia air sama saja dengan melahirkan normal, hanya
tempatnya yang berbeda. Dilakukan di dalam sebuah kolam cukup besar
(berukuran 2 meter) yang terbuat dari plastik dengan benjolan-benjolan
pada alasnya agar posisi ibu tidak merosot.
“Posisi saat akan melahirkan bisa sambil duduk, sambil nungging, atau terserah bagaimana nyamannya si ibu,” ujarnya.
Selain kolam plastik, fasilitas pendukung lainnya adalah pompa
pengatur agar air tetap bersirkulasi, water heater untuk menjaga air
tetap hangat, serta termometer untuk mengukur suhu. Kolam yang sudah
disterilisasi kemudian diisi air yang suhunya disesuaikan dengan suhu
tubuh, yaitu sekitar 36-37°C.
“Ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang
ekstrem antara di dalam perut dengan di luar, dan agar bayi tidak
mengalami hipotermia,” ungkap Otamar.
Selanjutnya ibu mengejan seperti biasa. Mengingat tempatnya di
air, bayi yang baru keluar otomatis terendam dulu selama beberapa saat
di dalam air (sekitar 5-10 detik). Ini tidak masalah karena suhu air
hampir sama dengan suhu cairan ketuban tempat si bayi “berenang” sebelum
dilahirkan.
“Itu sebabnya ketika baru keluar, si bayi tidak menangis, mungkin
dia merasa seolah seperti belum lahir karena kondisinya sama antara di
dalam dan di luar,” tutur Otamar.
Risiko dan Prasyarat
Mengenai risiko, dokter yang juga berpraktik di beberapa rumah sakit
ibukota ini mengatakan, melahirkan di air tetap ada batasan dan
pertimbangan medis yang tidak diperkenankan. “Seperti panggul si ibu
kecil, bayi lahir sungsang atau melintang dan ibu yang sedang dalam
perawatan medis, penyakit herpes dan lain-lain,” sebut Otamar.
Ibu yang mengidap penyakit herpes disarankan untuk tidak
melahirkan dengan metode ini, karena kuman herpes tidak mati di dalam
air sehingga dapat menular kepada bayi melalui mata, selaput lendir dan
tenggorokan bayi.
Syarat lainnya, proses melahirkan di dalam air tidak bisa
dilakukan sembarangan, kendati terlihat mudah. Pengawasan dari pihak
medis tetap diperlukan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan.
Aspek higienitas juga memegang peranan penting karena bayi yang
baru lahir rentan infeksi. Kolam plastik yang digunakan harus dipastikan
benar-benar bersih dan steril. Selain itu, penggunaan air hangat juga
bisa membunuh virus dan bakteri. Lantas bagaimana dengan kemungkinan air
terminum oleh bayi? Dokter T Otamar Samsudin SpOG mengatakan, hal itu
sebetulnya tidak masalah asalkan air dipastikan steril.
“Jika air terminum oleh si bayi, sebetulnya tidak masalah dan
kita semua toh sudah biasa minum air. Bayi juga tidak akan terinfeksi
karena airnya encer dan steril (air hangat). Yang berbahaya adalah kalau
si bayi minum air ketuban karena bisa tersangkut di paru-parunya,”
pungkasnya. (berbagai sumber)
Keuntungan Melahirkan di Air
1. Rileks dan nyaman. “Rasanya seperti sehabis berenang saja, segar dan tidak berkeringat,” kata ibu Liz Adiyanti.
2. Si jabang bayi bersih karena tidak banyak darah yang keluar.
3. Mengurangi rasa stres dan sakit.
Tips Melahirkan di Air
1. Pertama-tama yang penting kemauan dan keyakinan untuk melahirkan di air.
2. Mengikuti senam hamil saat kehamilan, untuk pernapasan dan kelenturan lubang vagina sehingga memudahkan kelahiran si bayi.
3. Untuk media kolamnya Anda tidak perlu khawatir, karena biasanya rumah
sakit yang melayani melahirkan di air menyediakan fasilitas untuk itu.
Dan untuk menjaga kesterilan, setiap ibu mendapat 1 kolam.
4. Menyiapkan data lengkap, seperti cek laboratorium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar