MAKALAH ASKEB IV
RETENSIO PLASENTA
Oleh Kelompok 11 :
1.
Akni Putri
Mayangsari
2.
Dahliawati
Pembimbing: Devi
Syrief S.Si.T M.Keb
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena
Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah yang berjudul “RETENSIO
PLASENTA”.
Penyusunan makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah ASKEB IV. Dan juga untuk menambah wawasan serta pengetahuan
yang lebih luas bagi kami dan juga pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan beberapa
kendala, namun berkat partisifasi dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan
makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi kita semua.
Padang, Maret 2012
penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………….………………………………………………………..……i
Daftar
Isi…….…………………….……………….……………………………….…….ii
Bab I
: Pendahuluan
I.I : Latar Belakang………………….…………………………………….…1
I.2 :
Tujuan……………………………………………………….……………………...1
Bab II : Pembahasan
Bab III : Penutup
3.I : Kesimpulan……………..…………………………………………………………22
3.2 : Saran…………….………………………………………………………………..22
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Tingginya Angka
Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang kesehatan. Angka
kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia. Persalinan
merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan
setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami
perdarahan yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor
tertinggi penyebab kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu
diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30
menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam
uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.
Lepasnya plasenta
tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasinya.
Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah
tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan RETENSIO
PLASENTA
1.2 Tujuan
Ø
Mengetahui retensio plasenta
Ø
Untuk mengetahui penyebab retensio plasenta
Ø
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan palsenta manual
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Retensio
plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual
retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata,
dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu
suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Plasenta
tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta
mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara
patologis melekat (plasenta akreta, inkreta, percreta) (David, 2007)
Retensio plasenta adalah plasenta
yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga
disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya
plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit,
kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar
sebelum menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).
2.
Fisiologi plasenta
Klasifikasi
plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam kehamilan akibat deposisi
kalsium pada plasenta. Klasifikasi pada plasenta terlihat mulai kehamilan 29
minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan, terutama
setelah kehamilan 33 minggu. Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat
daripada pertumbuhan plasenta. Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta
menempati sekitar ¼ luas permukaan miometrium dan ketebalannya tidak lebih dari
2-3 cm, menjelang kehamilan aterm plasenta menempati sekitar 1/8 luas permukaan
miometrium, dan ketebalannya mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta yang normal jaran melebihi 4 cm, plasenta yang
menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita diabetes
melitus, ibu anemia (HB < 8 gr%), hidrofetalis, tumor plasenta, kelainan kromosom,
infeksi (sifilis, CMV) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis dapat
dijumpai pada pre eklampia, pertumbuhan jani terhambat (PJT), infark plasenta,
dan kelainan kromosom. Belum ada batasan yang jelas mengenai ketebalan minimal
plsaenta yang masih dianggap normal. Beberapa penulis memakai batasan tebal
minimal plasenta normal antara 1,5-2,5 cm.
3.
Patofisiologi
Segera
setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek
namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi
menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut
otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila
serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan
darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan
menyebabkan banyak darah hilang.
4.
Fisiologi pelepasan plasenta
Pemisahan
plasenta ditimbulkan dari kotraksi dan retraksi miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan
mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga
plsenta mulai melepaskan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi
atau berinteraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat
bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan
keseluruhan plasenta dari uterus dan ,mendorongnya keluar vagina disertai
dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)
5.
Predisposisi retensio plasenta
Beberapa
predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu:
a.
Grandemultipara
b.
Kehamilan ganda,sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas
c.
Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
d.
Plasenta previa, karena dibagian ishmus uterus, pembuluh
darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam
e.
Bekas operasi pada uterus
6.
Penyebab retensio plasenta
Secara
fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab terpenting), dan
plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya
(plasenta membranacea, plasenta anularis), dan ukurannya (palsenta yang sangat
kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta
adhesive.
Gambaran dan dugaan penyebab
retensio plasenta
Gejala
|
Separasi/ akreta parsial
|
Plasenta inkarserata
|
Plasenta akreta
|
Konsistensi uterus
|
Kenyal
|
Keras
|
Cukup
|
Tinggi fundus
|
Sepusat
|
2 jari bawah pusat
|
Sepusat
|
Bentuk fundus
|
Diskoid
|
Agak globuler
|
Diskoid
|
Perdarahan
|
Sedang-banyak
|
Sedang
|
Sedikit/tidak ada
|
Tali pusat
|
Terjulur sebagian
|
Terjulur
|
Tidak terjulur
|
Ostium uteri
|
Terbuka
|
Konstriksi
|
Terbuka
|
Separasi plasenta
|
Lepas sebagian
|
Sudah lepas
|
Melekat seluruhnya
|
syok
|
sering
|
jarang
|
Jarang sekali
|
7. Tertinggalnya
sebagian palsenta
Sewaktu
suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan
dengan sisa plasenta. Penemuan secara dini hanya di mungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta
dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali
lagi ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang
kerumah dan subinvolusi uterus :
a. Penemuan secara
dini hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta
setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan
keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus.
b. Berikan antibiotika
(sesuai intruksi dokter) karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjukan 3x1 g
oral dikombinasi dengan metrodinazol 1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg
oral
c. Lakukan eksplorasi
digital (bidan boleh melakukan) (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase (dilakukan oleh dokter
obgyn)
d. Bila kadar HB <
8 g/dL berikan transfusi darah. Bila kadar HB > 8 g/dL, berkian sulfas
ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter kandungan).
8. Tanda dan Gejala
Gejala
yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus
akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta
atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan
segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
Penilaian
retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini menentukan sikap pada
saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena
retensio bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Plasenta adhesiva
adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian lapisan
miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding uterus. Pada
plasenta akreta vilii chorialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding
rahim daripada biasa adalah sampai kebatas atas lapisan otot rahim. Plasenta
akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukannya melekat dengan erat pada
dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian
dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa.
Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan precreta jarang terjadi. Penyebab
plasenta akreta adalah kelainan desidua, misalnya desisua yang terlalu tipis.
c. Plasenta inkreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / melewati lapisan
miometrium.
d. Plasenta perkreta
adalah implantasi jonjot korion yang menembus lapisan miometrium hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkar
serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh
kontriksi ostium uteri
9. Komplikasi
Plasenta
harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
a. Perdarahan
Terjadi terlebih
lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga kontraksi
memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
b. Infeksi
Karena sebagai
benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan bakteri
dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
c. Terjadi polip
plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan
nekrosis.
d. Terjadi degenerasi
(keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya
mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik
(displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses
keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para
ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan
langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa
tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal
merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker (Manuaba, IGB.
1998:300)
10. Penanganan Retensio
Plasenta
Ø
Tentukan jenis retensio yang terjaid karena berkaitan dengan
tindakan yang di ambil.
Ø
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila
ekspulsi plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
Ø
Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40
tetes permenit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal
(sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul
dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).
Ø
Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta,
lakukan manual palsenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya
perforasi dan perdarahan.
Ø
Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan.
Ø
Berikan antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral +
metronidazole 1 g supositoria/oral).
Ø
Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,
infeksi, syok neurogenik.
11. Penanganan plasenta
akreta
v Tanda penting untuk
diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali
pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi plasenta karena
implantasi yang dalam.
v Upaya yang dapat
dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah menetukan diagnosis,
stabilisasi pasien dan rujuk kerumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan
tindakan operatif.
12.
Penatalaksanaan retensio plasenta
Dalam melakukan penatalaksanaan
pada retensio plasenta seiknya bidan harus mengambi beberapa sikap dalam
menghadapi kejadian retensio plasenta yaitu :
a.
Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf
dan obyektif antara lain : keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana
jumlah perdarahannya, keadaan umum penderita, keadaan fundus uteri, mengetahui keadaan plasenta, apakah
plasenta inkaserata, melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein,
metode strastman, metode manuaba, memasang infus dan memberikan cairan
pengganti.
b.
Sikap khusus bidan : pada kejadian retensio plasenta atau
plasenta tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan
manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara
manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).
c.
Prosedur palsenta manual dengan cara :
Langkah
|
Cara melakukan
|
Gambar
|
|
Persiapan: pasang set dan cairan infus, jelaskan pada ibu
prosedur dan tujuan tindakan, lanjutkan anastesia verbal atau analgesia per
rektal, siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi
|
|
|
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri: pastikan kandung
kemih dalam keadaan kosong; jepit tali pusat dengan klemp pada jarak 5-10 cm
dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
|
|
|
Secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat,
setelah mencapai bukaan serviks, kemudian minta seorang asisten / penolong
lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk
menahan fundus
|
|
|
Sambil menahan fundus uteri, masukkan tanagn kedalam
hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti memberi dalam (ibu jari
merapat kadi telunjuk dan jari-jari lain merapat), tentukan implantasi
plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila plasenta berimplentasi di
korpus belakang, tali pusat tetap disebalah atas dan sisipkan ujung jaru-jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tngan menghadap
ke bawah (posterior ibu).
|
|
|
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kesebalah atas
tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dandinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu), setelah
ujung-ujung jari masuk diantara palsenta dan dinding uterus maka perluasan
plasenta dengan jalan menggeser tangan ke tangan kiri sambul geserkan ke atas
(cranial ibu) hingg semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
|
|
|
Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.
|
|
|
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan
segmen bawah uterus) kemudian intruksikan asisten/penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan membawa plasenta keluar (hindari adanya percikan darah)
|
|
|
Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra
simpisis) uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan
tempatkan plasenta dalam wadah yang telah disediakan.
|
|
|
Lakukan tindaan pencegahan infeksi dengan cara
dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan, lepaskan dan rendam sarng tangan dan peralatan lainnya didalam
larutan klorin 0,5% selam 10 menit, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
|
|
|
Lakukan pemantauan pasca tindakan, pastikan tanda vital
ibu, catat kondisi ibu, dan buat laporan tindakan, tuliskan rencana
pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan, beritahukan
pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tapi ibu masih memerlukan
pemantauan dan asuhan lanjutan, lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca
tindakan sebelum pindah ke ruang rawat gabung
|
|
Catatan :
a.
Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada
dataran yang sama tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta
manual karena hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
b.
Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat
dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual
karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu
diberi uterotonika tambahan (miso[rostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke
fasilitas kesehatan rujukan.
Indikasi melakukan
plasenta manual
a.
Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
b.
Riwayat HPP habitualis
c.
Post operasi
·
Transvaginal
·
Transabdominal
d.
Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.
Komplikasi plasenta
manual
Komplikasi plasenta
manual diantaranya :
a.
Perforasi karna tipisnya tempat implantasi palsenta
b.
Meningkatnya kejadian infeksi asenden
c.
Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan
perdarahan yang sulit dihentikan
Dapat dikatakan
plasenta manual pada retensio yang tidak menimbulkan perdarahan harus
berhati-hati karena kemungkinan
perlekatan sangat erat, sehingga menimbulkan perdarahan.
Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran serta tindakan
berdasarkan teri ilmiah. Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan
untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. Asuhan ini adalah bantuan
yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien yang pelaksanaannya
dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis dan melalui suatu proses yang
disebut Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 .
Proses manajemen menurut varney (1997) terdiri dari 7
langkah yang berurutan dimana setiap
langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
yaitu:
1.
Mengumpulkan
data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien secara lengkap.
2.
Mengidentifikasi
masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar dari data tersebut .
3.
Mengantisipasi
masalah potensial atau diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karna masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi .
4.
Mengevaluasi
perlunya intervensi segera oleh bidan dan dokter.
5.
Mengembangkan
rencana asuhan yang menyeluruh.
6.
Mengembangkan
rencana asuhan tersebutsecara efisien dan aman.
7.
Mengevaluasi
keefektifan dan asuhan yang telah diberikan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan
pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai
langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam
proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada
kasus Retensio Plasenta.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
I.
PENGKAJIAN (PENGUMPULAN
DATA DASAR )
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
Data- data tersebut
dikumpulkan meliputi:
1.Data Subjektif
a.
Identitas
Nama klien: digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang lain
Nama klien: digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang lain
Umur:
untuk mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak, <20 tahun
atau >35 tahun.
Agama:
untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu selama memberikan
asuhan
Suku/
bangsa: untuk menentukan adat istiadat atau budayanya
Pendidikan:
untuk memudahkan kita dalam memberikan asuhan pada ibu.
Pekerjaan:
untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat kita
sesuai.
Alamat:
untuk mengetahui ibu tinggal dimana.
( maksud pertanyaan ini adalah untuk
mengidentifikasi atau mengenal klien)
b.
Keluhan
utama
Untuk
mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat Retensio
plasenta terjadi. Ibu dengan retensio
plasenta mengatakan perutnya tidak terasa mules plasenta belum lahir.
c.
Riwayat
perkawinan
Menanyakan
tahun berapa meniakah, status perkawinan dan setelah menikah berapa lama baru
hamil. Gunanya untuk mengetahui fungsi alat reproduksi pasien baik atau tidak. Kejadian retensio plasenta ini
dapat berkaitan dengan usia ibu yang tidak dalam usia reproduksi yang sehat
dimana wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.
d.
Riwayat menstruasi
(1) Menarche :
(2) Siklus :
(3) Banyaknya :
(4) Keluhan :
(5) HPHT :
(1) Menarche :
(2) Siklus :
(3) Banyaknya :
(4) Keluhan :
(5) HPHT :
maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan
tafsiran persalinan dan usia kehamilan,dimana dari sini merupakan salah
satu cara untuk mengetahui apakah siklus
mentruasi pasien normal.
e.
riwayat
obstetric yang lalu
menanyakan
tentang kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu dan nifas yang lalu normal
atau tidak.
·
Kehamilan
yang lalu, kemungkinan pasien ada atau tidak mengalami anemia.
·
Persalinan
yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami persalinan spontan atau
dengan tindakan , persalinan atrem atau post-term. Riwayat Bekas operasi pada uterus dapat mengakibatkan retensio
plasenta.
·
Nifas
yang lalu, kemungkinan keadaan involusi uterus, lochea, infeksi dan laktasi
berjalan dengan normal atau disertai konflikasi.
·
Pada kasus infertilitas, kemungkinan akan terjadi retensio
plasenta karena lapisan endometriumnya tipis.
·
Pada kasus banyak
anak (grandemultipara ) merupakan salah satu predisposisi retensio plasenta
·
Kemungkinan ada.riwayat
retensio pada persalinan sebelumnya
f.
riwayat
kehamilan sekarang
-
HPHT
: untuk mengetahui usia kehamilan dan tafsiran persalinan
-
Keluhan-keluhan
umum yang terjadi pada TM I, TM II, TM III: untuk mengetahui kemungkinan adanya
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil. Pada
kasus plasenta previa kemungkinan dapat mengakibatkan retensio plasenta, karena
dibagian istmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh
kedalam.
-
Obat
/ suplemen termasuk jamu-jamuan yang dikonsumsi : untuk mengetahui apakah si
ibu mempunyai kebiasaan makan, minum obat-obatan / jamu, merokok, gaya hidup
yang tidak sehat, selama waktu hamil atau tidak.
-
Imunisasi
: kemungkinan apakah ada ibu mendapatkan imunisasi TT selama kehamilan.
g.
riwayat
kesehatan
riwayat
kesehatan yang lalu: untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami masalah
seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi, PMS dan mengalami
operasi pada uterus atau tidak.
Riwayat
kesehatan sekarang :
h.
riwayat
kesehatan keluarga
mengetahui
apakah keluarga ada yang mengalami penyakit seperti, jantung, ginjal, asma,
TBC, hipertensi, DM, epilepsi dan PMS atau tidak.
i.
Riwayat
kontrasepsi
Kemungkinan
klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak.
j.
Riwayat
seksualitas
Apakah
klien mengalami masalah selama berhubungan atau tidak.
k.
Riwayat
sosial, ekonomi dan budaya
Mengetahui
bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya apakah baik atau tidak
dan keadaan ekonomi pasien mampu atau kurang mampu serta budaya yang mempengaruhi
lingkungan klien. dengan adanya pantangan untuk memakan makanan tertentu bagi
ibu hamil juga akan mempengaruhi kesehatan ibu.
l.
Riwayat
spritual
Kemungkinan
klien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik.
m.
Riwayat
psikologis
Mengetahui
kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan
dan persalinan ini. Kemungkinan klien dan suaminya mengharapkan dan senang
dengan kehamilan ini
.
n.
Kebutuhan
dasar
Kemungkinan
pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses
eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat dan personal hygiene dan
kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan saat hamil dan bersalin.
2. Data Objektif
data objektif
merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.
a)
Pemeriksaan
umum
ü Keadaan umum : untuk
mengetahui keadaan ibu secara umum. Pada
rentensio plasenta keadaan umum ibu kurang baik.
Keadaan emosional : untuk mengetahui apakah kaeadaan emosional ibu stabil atau tidak.
Keadaan emosional : untuk mengetahui apakah kaeadaan emosional ibu stabil atau tidak.
ü Ukuran LILA : untuk mengetahui status gizi ibu.
ü Tanda-tanda vital
a. TD :
b. Suhu :
c. Nadi :
d. Pernafasan :
a. TD :
b. Suhu :
c. Nadi :
d. Pernafasan :
ü Berat Badan ( untuk
mengetahui status gizi ibu )
Saat ini :
Sebelum hamil :
Kenaikan BB selama hamil :
Saat ini :
Sebelum hamil :
Kenaikan BB selama hamil :
ü Tinggi badan :
b)
Pemeriksaan
khusus
ü Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari
kepala sampai kaki.
Yang dinilai adalah kemungkinan
bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjungtiva , sklera,
hidung dan telinga, mulut apakah caries , karang gigi, leher apakah ada
pembesaran kelenjer gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan
puting susu menonjol atau tidak, colostrum ada atau tidak, perut membesar
sesuai denagan usia kehamilan, apakah ada bekas luka operasi atau tidak, vulva apakah bersih, ada varises atau
tidak, oedema, dan pengeluran dari vagina, Anus apakah ada haemoroid,
ektermitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
Yang
menjadi fokus pemeriksaan yaitu mata
apakah conjungtiva pucat atau tidak dan biasanya pada retensio plasenta mata
klien pucat dan kemungkinan klien juga ada bekas operasi pada uterusnya.
Pendarahan
kurang lebih 400 cc.
ü
Secara
Palpasi yaitu,pemeriksaan yang difokuskan pada abdomendengan menngunakan cara
leopold.
Yang
menjadi fokus pemeriksaan adalah pada daerah perut didapatkan uterus tidak
teraba bulat dan keras kontraksi kurang kuat, TFU 3 jari diatas pusat.
Plasenta
belum lahir lebih dari 30 menit. Kontraksi kurang baik
ü Secara Auskultasi
Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mendengarkan.
ü Secara perkusi
Kemungkinan refleks petella kiri
dan kanan positif.
c)
Pemeriksaan
penunjang
ü Pemeriksaan
labor dilakukan untuk mengetahui derajat anemia yang dialami klien yaitu dengan
melakukan pemeriksaan HB berhubungan
dengan seberapa banyak pendarahan yang telah di alami klien.
d)
Pemeriksaan
dalam
Pada pemeriksaan dalam dengan kasus retensio plasenta ( plasenta
akreta )sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam.
e)
Pemeriksaan
luar
Tanda penting untuk diagnosis pada retensio plasenta
(plasenta akreta ) pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali
pusat ditarik.
II.
INTERPRESTASI
DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik.beberapa maslah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis tetapi
sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien.
1. Diagnosa
Ibu P..A..H.., partus kala III dengan retensio plasenta
Dasar :
-
Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mules plesenta belum
lahir
-
Ibu mengatakan merasa lega dan senang dengan kelahiran
bayinya
-
Keadaan umum kurang baik
-
Mata pucat
-
Uterus tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang kuat
-
TFU 3 jari diatas pusat
-
Plasenta belum keluar dari 30 menit
-
Pendarahan kurang lebih 400 cc
2. Masalah
Pendarahan dan kekurangan cairan
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang ada sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan sambil mengamati
klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial
ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan
diagnosa atau masalah potehsial yang timbul:
v ketidakseimbangan
elektrolit dan syok.
Dasar:
kebutuhan cairan yang berkurang akibat pendarahan lebih
kurang
400 cc
IV.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG
MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA DAM KOLABORASI
Mengidentifikasi dan menetapkan
perlunya Tindakan segera atau tidak oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasi
atau ditangani bersama dengan anggota TIM kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Tindakan segeranya adalah:
v Kolaborasi
dengan dokter Sp.OG dan tenaga kesehatan
lainnya bila terjadi komplikasi lebih lanjut, pasang infus cairan dextrose 5%,
tranfusi darah dan manual plasenta.
V. PERENCANAAN
Merencanakan asuhan menyeluruh yang
rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah.
intevensi
1.
Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2.
Lakukan infom consent
dengan keluarga untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan.
3.
Pasangkan infus
cairan ringer dekstrose 5% pada klien.
4.
lakukan kolaborasi
dengan dokter Sp. OG untuk memberikan penanganan segera.
5.
Persiapkan donor darah untuk tranfusi darah untuk persiapan
bila kekurangan darah pada klien.
6.
Lakukan test pelepasan plasenta dengan cara kustner
memastikan apakah plasenta sudah lepas
7.
Lakukan manual
plasenta jika plasenta belum lepas
8.
Lakukan observasi kontraksi uterus, periksa plasenta yang
sudah dikeluarkan, selaput dan kotiledonnya, kontrol luka yang terjadi pada
vagina dan perinium tidak ada robekan.
9.
Lakukan masase fundus selama 15 detik.
10. Bersihkan
klien dan lakukan vulva hygiene setelah plasenta dilahirkan
11. Berikan
minum pada klien dan anjurkan klien untuk istirahat
12. Dokumentasikan
semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penanganan retensio
plasenta seorang bidan harus memiliki keterampilan dan harus bsa mendeteksi
secara dini serta mengetahui tanda-tanda komplikasi terjadinya retensio
plasenta. Retensio plasenta jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya akan
menyebabkan kematian pada ibu. Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta
lebih dari 30 menit dan hal ni diakibatkan tertinggalnya sisa plasenta di
tempat penanaman plasenta. Bisan bisa mencegah dengan melakukan upaya promisi
dengan penerimaan keluarga berencana sehingga memperkecil retensio plasenta, meningkatkan
penerimaan pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan yang terlatih, pada
pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan masase
dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat
waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim
dan mengganggu pelepasan plasenta.
3.2 Saran
Makalah ini
ungkin msih luput dari kesalahan dan banyak kekurangan yang dituliskan oleh
penulis maka dari itu penulis mohon kiritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.G.B,
dkk.2007.pengantar kuliah obstetri.Jakarta: Penerbit buku kedokteran
Yulianti
Lia,amd.keb,MKM,dkk.2011. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan).Jakarta:TIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar